Senin, 22 Juni 2009

DUA CARA MENYIKAPI KESULITAN KITA

Lukas 23:43

Ada dua cara bagaimana kita menyikapi kesulitan yang sedang dihadapi:

1. Kita dapat mengeluh kepada Tuhan, seperti "jika Engkau benar Tuhan yang luar biasa, penuh kuasa dan perduli, keluarkan aku dari kesulitan ini!"

2. Atau kita dapat mengaku bahwa kita adalah orang berdosa dan memohon pengasihanNya atas appa yang sedang kita alami.

Dunia ini penuh dengan orang orang yang selalu mengeluh kepada Tuhan, seakan akan Tuhan berhutang kepada mereka untuk selalu membuat hidup mereka lancar lancer saja. Tapi hanya sedikit yang bersikap benar, bahwa Tuhan tidak sedikitpun berhutang kepada kita, dan segala sesuatu yang baik terjadi dalam kehidupan kita, terjadi karena kasih karuniaNya. Dalam kitab Lukas 23:43, mencatat tentang dua orang penjahat, yang mewakili dua cara manusia menyikapi kesulitan dalam kehidupannya.

Perhatikan. Kedua penjahat tersebut, keduanya kesakitan oleh sebab mereka disalib. Keduanya sama sama terdakwa melakukan kejahatan (ayat 41). Keduanya melihat Yesus, tanda diatas kepalanya (ayat 38); keduanya mendengar suara Yesus (ayat 34). Dan keduanya sangat membutuhkan selamat dari kematian.

Kebanyakan dari kita mempunyai karakter seperti kedua penjahat tersebut: pernah mengalami, sedang, akan mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Dan tidak akan ada satupun yang dapat berkata: "saya tidak layak mendapatkan ini."

Tapi yang membedakan dari kedua penjahat ini, begitu pula perbedaan dua karakter manusia. Yang pertama berkata " bukankah Engkau Anak Allah, selamatkanlah diriMu dan juga kami!” sebuah gambaran iman yang lemah, di penuhi oleh kedagingan. Sering kita membuat Tuhan seperti seorang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi dalam kehidupan kita. Tuhan seperti donkrak, jika ban kita kempes (kesulitan), maka kita sangat membutuhkan donkrak tersebut. Sangat klasik, kita perlu Dia saat kita butuh, kita butuh Dia untuk meng-goalkan mega proyek kita, butuh pada saat perkawinan bermasalah, butuh pada saat, butuh pada saat sakit keras, semuanya bersifat untuk mencari kepentingan sendiri. Padahal KASIH itu, disalib bukan untuk kepentinganNYA, tapi untuk kepentingan semua orang, yakni keselamatan manusia!

Penjahat ini hanya melihat Yesus sebaggai jalan keluar dari kesulitannya saja, dia tidak melihat Yesus sebagai seorang Raja yang harus di-ikuti.

Perhatikan penjahat kedua: inilah yang diharapkan kita bersikap.

Pertama, dia tidak terpengaruh oleh keluhan rekannya itu. Dan jika kita ingin mencotoh dia, maka kita harus berdiri teguh dan tidak terpengaruh oleh lingkungan sekitar kita, yang mungkin berkata "Kalau Engkau Allah yang luar biasa dan penuh kasih, kenapa terjadi tragedy situ gintung?" "mengapa terjadi longsor?" "kenapa anak anak dibantai di afrika?" "kenapa Engkau tidak turun dari salibMu dan membantu mereka?" hal pertama dari pencuri yang bertobat ini, dia tidak terpengaruh oleh lingkungannya.?

Kedua Melainkan malah dia berseru “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama” penjahat yang kedua ini, dia Takut Tuhan. Tuhan itu nyata bagi dia. Tuhan pencipta, Tuhan adalah Raja diatas segala raja, yang patut di sembah.

Ketiga, dia mengaku bahwa dia telah berdosa: (ayat 41). Dia tidak punya keinginan untuk menyelamatkan mukanya lagi, dia berserah secara total, mengaku kesalahannya. Banyak komunitas kita, pada saat persoalan datang, bukannya berserah dan merendahkan hati dihadapan Tuhan, malah membela diri, dan berlagak sepertinya tidak ada salah dihadapan Tuhan. Well…percuma saja karena proses Tuhan selalu datang untuk memperbaiki karakter yang rusak.

Keempat, tidak hanya dia mengaku kesalahannya, dia juga bersedia menerima hukumannya (ayat 41). Ini adalah proses penyangkalan diri. Banyak orang mengaku dosa, tapi pada saat proses Tuhan datang, mereka marah kepada Tuhan. Ingat, ada harga yang harus dibayar. Ingat Ayub berkata :"Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"

Kelima, penjahat ini mengetahui bahwa Yesus tidak bersalah. Kita pun harus mengerti bahwa Yesus begitu mulia dan tidak mungkin Dia berbuat salah dalam kehidupan kita. Kita harus dapat berkata mengenai kebenaran Tuhan.

Keenam, dan pengetahuan penjahat ini melangkah lebih jauh lagi, dan dia mengerti bahwa Yesus adalah Raja, "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Walaupun dalam kesengsaraan saat itu, Yesus mempunyai tanda seorang Raja..(Keberanian timbul karena Roh Allah, bc. Roma 8:16)

Dan akhirnya, melakukan satu hal terakhir. Dia takut akan Tuhan, mengaku dosa, menerima proses (bayar harga), mengenal dan mengerti siapa Yesus itu. Saat terakhir dia memohon. "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” kedua penjahat itu ingin selamat dari kematian. Tapi cara mereka berbeda.

Dan Yesus menjawab pergumulan dari penjahat yang bertobat tadi: “…sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." Luar biasa! Dia luput dari kebinasaan dan maut, dia menerima janji Tuhan, yakni keselamatan dan firdaus.(bc Roma 8:10)

Messengers, Jum’at Agung ini mari kita bersama sama bersikap seperti penjahat yang bertobat tersebut, mari kita menghadapi setiap kesulitan kita dengan sikap yang benar, tubuh mungkin boleh sakit, keadaan kita mungkin boleh dibawah..tapi roh kita tetap harus menyala nyala. Karena Yesus mati untuk keselamatan kita, maka kehidupan kita harus membawa dampak bagi komunitas kita, karena bagaimanapun keadaan kita, orang dapat melihat Yesus hidup dalam diri kita. JBU all


Ev.Fery Rotinsulu

Messenger Community


Tidak ada komentar:

Posting Komentar